Minggu, 16 November 2014

seri mata kuliah ekonomi Kesehatan TEORI SUPLAY DAN PERILAKU PRODUKSEN

TEORI SUPLAY DAN PERILAKU PRODUKSEN

1st. Teori Suplay
Suplay atau penawaran dapat didefinisikan jumlah barang yang dijual dalam berbagai kemungkinan harga yang berlaku di pasar pada periode waktu tertentu.. Kalau pengertian ini dirumuskan maka :
Qsx = F ( Px, ceteris paribus )
Dimana :
Qsx = kuantitas barang x yang dijual oleh produksen
Px = harga barang x
Sebagaimana dalam Demand, maka dalam Suplay juga berlaku Hukum Penawaran yang menyatakan bahwa apabila harga suatu barang naik maka jumlah barang yang ditawarkan akan meningkat, ceteris paribus. Hukum Penawaran ini akan menghasilkan kurva penawaran yaitu, kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang/jassa yang ditawarkan dan tingkat harga barang /jasa yang bersangkutan dengan menganggap faktor-faktor lain tetap. Variabel lain yang dianggap tetap seperti Teknologi produksi, biaya produksi, pajak, supply bahan baku ( raw material ) dan keadaan alam ( cuaca, kebijakan pemerintah, persaingan antar produksen dan sebagainya ).

p
s


p1

p2




0 Q2 Q1 Q


Gambar 2
Kurva Penawaran

2nd. Elastisitas Penawaran
Elastisitas penawaran yaitu tanggapan dari jumlah barang yang ditawarkan terhadap perubahan harga barang yang bersangkutan. Jadi elastisitas ini menunjukan hubungan antara berubahnya jumlah barang yang ditawarkan dengan berubahnya harga barang yang bersangkutan.
Rumus : Esx = dQx/Qx : dPx/Px
Esx = Koefisien atau angka elastisitas supply
Qx = Jumlah barang x yang dijual mula-mula
DQx =Perubahan jumlah barang x
Px = harga barang x mula-mula
DPx = Perubahan harga barang x
Koefisien elastisitas penawaran selalu menunjukan angka yang positif, karena lereng kurva penawaran adalah positif. Atau hubungan antara tingkat harga barang dan jumlah barang yang ditawarkan adalah positif. Apabila E > 1 maka penawaran itu bersifat elastis, bila E = 1 penawaran bersifat unitary, dan bila E < 1, maka penawaran bersifat tidak elastis atau inelastis.
P sx P Sx

P2
P1
P2
P1

0 Q1 Q2 Q 0 Q1,2. Q
Gambar 3 : Kurva Tidak Elastis dan Tidak Elastis Sempurna

P Sx

Gambar 4 :
Kurva Netral


0 Q


P sx P

P2

Sx
P1

0 Q1 Q2 Q 0 Q1,2. Q
Gambar 5 : Kurva Elastis dan Elastis Sempurna


Contoh : Harga jagung turun dari Rp 600,- menjadi Rp 400,- per kg, maka jumlah yang dijual turun dari 8000 kg menjadi 4000 kg, berapakah angka elastisitasnya.
Esx = - 4000/8000 : -200/600 = 1,5 ( elastis )


3rd. Teori Perilaku Produsen
Teori ini mengkaji bagaimana perilaku produksen dalam memproduksi barang dan jasa dengan menggunakan prinsip ekonomi. Yaitu, menggunakan dan mengkombinasikan faktor produksi dengan kecakapan manajerial dan teknologi yang ada untuk memproduksi barang dan jasa, dan menjualnya kepada masyarakat untuk mencapai keuntungn yang sebesar-besarnya.
Seperti diketahui, untuk menghasilkan barang dan jasa akan dipengaruhi berbagai variabel seperti tenaga kerja, jumlah modal, teknologi dan sumber daya alam ( tanah, bahan-bahan baku). Di sini berlaku hukum tambahan hasil yang makin berkurang ( the law of deminishing return ) yaitu bila satu faktor produksi ditambah sedangkan faktor produksi lainnya tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input ( marginal product ) mula-mula naik, tetapi setelah mencapai titik tertentu ( optimum ) akan turun.




TEORI PENDAPATAN NASIONAL

Pendapatn nasional yaitu nilai uang seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam suatu kurun waktu tertentu ( biasanya satu tahun ). Tujuan mempelajari Pendapatan Nasional :
1. Mengetahui nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara sehingga dapat untuk perbandingan dari waktu ke waktu atau diperbandingkan dengan negara lain.
2. Menganalisis perkembangan perekonomian suatu negara, bagaiman cara memperoleh pendapatan, produksi dan pengeluargannya.
3. Mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing sektor ekonomi dan bagaimana kecenderungannya.
4. Landasan untuk membuat kebijakan pembangunan nasional

Ada tiga pendekatan perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan Pengeluaran ( expenditure )
Dalam pendekatan ini, pendapatan nasional dihitung dari nilai mata uang dari seluruh nilai tambah ( value added ) dari barang dan jasa jadi, bukan barang dan jasa antara ( intermediate goods )atau barang setengah jadi. Pendekatan pengeluaran ini, biasa dikenal dengan istilah Produk Nasional Bruto ( PNB ) atau Gross National Product ( GNP ) yang dihitung dengan rumus :
Y = C + I + G + ( X – M )
Y = pendapatan nasional
C = Pengeluaran nasional untuk konsumsi masyarakat
I = Pengeluargan nasional untuk investasi swasta
G = Pengeluaran nasional untuk konsumsi pemerintah
X = Export nasional
M = Import nasional

2. Pendekatan Produksi ( Production )
Dalam pendekatan ini, untuk menghitung pendapatan nasional berdasarkan nila mata uang dari seluruh nilai tambah setiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Istilah yang sering digunakan untuk pendekatan ini adalah Produk Domestik Bruto ( PDB ) atau Gross Domestic Brutto ( GDB ).. Sektor-sektor produksi yang dihitung dalam pendekatan ini adalah pertanian, pertambangan dan galian, industri engolahan, listrik, gars dan air minum, bangunan, perdagangan, pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintahan dan jasa atau pelayanan.

3. Pendekatan Pendapatan ( Income )
Dalam pendekatan ini yang dihitung adalah nilai mata uang seluruh balas jasa atau endapatan yang diterima oleh semua faktor produksi yang turut serta dalam perekonomian dalam suatu negara selama satu tahun. Pendapatan dari masing-masing faktor produksi itu, seperti SDM berupa upah dan gaji, SDA dari pendapatan sewa, modal berupa bunga dan kemampuan manajerial dari keuntungan usaha. Untuk pendekatan ini, Indonesia belum dapat melakukan karena pencatatan dan pelaporan ( RR ) yang diterima oleh setiap faktor produksi belum dapat berjalan.




















INDUSTRI PELAYANAN KESEHATAN

Industri pelayanan kesehatan memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan sektor lain. Oleh karena itu, penerapan ilmu ekonomi harus dilakukan secara lentur dan harus di pilih-pilih yang sesuai. Di bawah ini akan diuraikan delapan karakteristik secara garis besar.
1. Ketidaktahuan Konsumen ( Consumer’s ignorance )
Pasien dan masyarakat umum sangat tergantung pada produser/provider, mereka ( konsumen ) tidak tahu apa yang harus dikunsumsi, jenis, berapa banyak barang/jasa yang harus dikonsumsi untuk mengatasi masalah kesehatannya. Ciri ini sangat jelas dalam pelayanan kuratif dimana pasien datang ke provider dalam kondisi tidak tahu apa penyakitnya dan bagaimana mengatasinya.
2. Supplier induced demand
Selain ketidaktahuan pasien di pihak lain provider yankes sangat dominan dalam memenuhi kebutuhan kebutuhan konsumen. Provider akan merekomendasikan jenis dan volume pelayanan apa yang harus dikonsumsi dan ketentuan lainnya. Sayangnya, tidak jarang keputusan provider tidak memperhatikan aspek biaya dan kemampuan konsumen
3. Kejadian penyakit seringkali tidak terduga
Berbeda dengan engetahuan orang tentang kebutuhannya akan komoditi ekonomi seperti makanan, pakaian, rumah dan seterusnya. Umumnya orang sakit tidak menduga penyakit apa yang akan dialaminya dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu, orang juga tidak tahu komoditi pelayanan kesehatan apa yang sebetulnya ia butuhkan. Ketidakpastian ini ( uncertainty) mendorong untuk mengembangkan sistim asuransi.
4.Kesehatan adalah konsumsi sekaligus investasi
Mengkonsumsi pelayanan kesehatan adalah kegiatan konsumsi karena mengeluarkan sumber daya ( uang, tenaga, waktu ) untuk mendapatkan kesehatan, tetapi mengkonsumsi yankes terutama preventif dan promotif pada hakekatnya adalah investasi SDM masa mendatang. Demikian halnya mengkonsumsi makanan bergizi, program-program kesehatan untuk bayi, kelompok sekolah dan pekerja akan meningkatkan kesehatan dan mutu SDM masa mendatang.

5.Eksternalitas
Yankes ditandai dengan eksteralitas. Artinya, dampak positif atau negatif yang diakibatkan oleh perbutan orang lain, misalnya imunisasi yang dilakukan oleh seseorang untuk mencegah enyakit menular juga akan memberikan manfaat kepada masyarakat. Tetapi, polusi industri menyebabkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar yang mungkin tidak ada kaitannya dengan aktivitas industri itu. Dalam ilmu ekonomi dikenal bahwa suatu kegiatan yang manfaat sosialnya lebih tinggi daripada manfaat individunya maka pemerintah perlu menjamin dan berperanserta dalam program-program yang mempunyai eksternalitas tinggi.

6.Non competitive
Dalam industri lain, walaupun konsumen tidak mempunyai informasi yang lengkap akan komoditi yang akan dibelinya, mereka masih terlindungi adanya kompetisi antar produksen. Kompetisi ini mendorong produksen menginformasikan kelebihan-kelebihan produknya lewat upara pemasaran. Dalam kesehatan, kompetisi dalam bentuk iklan secara etis dianggap tidak patut. Akibatnya konsumen yang ignorance tadi juga tidak memperoleh informasi tentang beda kualitas pelayanan dan beda tarif dari berbagai alternatif yankes.
7. Non Profit Motif ( motif nirlaba )
Walaupun ada yankes yang mendapatkan laba, misalkan rumah sakit swasta, idealnya mencari keuntungan bukan motif utama. Dalam praktek, upaya memaksimumkan laba yang biasanya bisa dilakukan dengn mengendalikan jumlah produksi dan tarif, sulit dilakukan pada yankes. Kunjungan pasien ( cerminan morbiditas ) sulit diprediksi dan dikendalikan sementara tarif tidk bisa leluasa dinaikan karena pasaing provider lain tidak banyak, juga pertimbangan lain misalkan sejak dahulu kesehatan diposisikan sebagai sektor yang penuh muatan sosial, bahkan tidak etis bila berbicara untung rugi.
Oleh karena itu sebagian besar rumah sakit pemerintah seringkali menunjukan defisit dan rumah sakit swasta juga tidak bisa leluasa membatasi jumlah pasien pada tingkat yang optimum dan dapat memberikan laba terbesar.

8. Padat Karya dan ada hambatan untuk memasukinya
Didalam yankes yang kompleks, seperti rumah sakit, seringkali teknologi medis harus dikerjakan oleh manusia. Sangat banyak jenis profesi kesehatan yang bersifat spesialis dan tidak tergantikan fungsinya, seperti dokter, perawat, bidan, ahli gizi, tenaga laboratorium dan sebagainya. Pola tenaga yang padat karya dan terspesialisasi ini membuat industri yankes menjadi kompleks dan rumit mengelolanya. Selain itu tidak mudah melakukan investasi pada industri yankes, karena masalah pengadaan tenaga kesehatan tersebut serta iptek yang sangat banyak jenisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar